Sabtu, 03 Agustus 2013

Indramayu punya Pulau Biawak

Dermaga Pulau Biawak dari atas Mercusuar

Gw baru denger nama Pulau Biawak gak lebih dari setahun yang lalu. Saat itu salah satu temen  gw ngusulin sama ngajakin bikin trip ke pulau ini. Akhirnya di akhir tahun kemarin, gw sama temen temen di @reeyantravelers sepakat pulau ini menjadi wish list trip kami di 2013. Bikin trip kesini ternyata gak mudah, begitu kata trip leader kami untuk ke Pulau biawak ini, @anggaramdhany. Cuaca yang tidak bersahabat dan tidak tersedianya perahu menjadi penyebab beberapa kali penundaan keberangkatan kami kesana. Perahu nelayan menjadi pilihan untuk menyeberang demi meminimalkan budget. Hehehe, biasaa, kami kan gak kaya kaya banget.

Akhir April 2013 kemaren, akhirnya kesampean ke Pulau Biawak. Keputusan beragkat di tanggal 26 April ini sebenernya agak meragukan. Kondisi angin dan ombak di pesisir pantai Indramayu masih belum menentu. Kami selalu memantau kondisi cuaca dari @bmkg dan kabar-kabar lokal. Sampai hari H, data yang kami peroleh sepertinya memberikan signal aman untuk menyeberang ke Biawak. Sebenernya, memang cuaca paling baik ke Pulau ini adalah setelah bulan April.

Jumat malem jam 10 an, kami semua baru kumpul di terminal Kampung Rambutan. Gw termasuk peserta terakhir yang dateng. Hehehe :p. Kami langsung nyari bis jurusan Indramayu/Cirebon/Kuningan. Sasarannya adalah bis yang ngelewatin pertigaan Celeng, Indramayu. Ketemu satu bis ekonomi jurusan Kuningan, kayaknya bis terakhir. Bis ini cukup ngeselin, ngetem sama muter-muter di Pasar Rebo hampir sejam. Sekitar jam 12an bisnya baru melaju masuk tol. Jam 4 an kami sampai di pertigaan Celeng. Setelah itu dijemput sama  mas Andez dari Biawak Scuba Diving.

Nyeberang ke pulau biawak sedikit diluar rencana. Dari itinerary yang sudah ada, harusnya jam 7 pagi kami udah sampai di pemberhentian pertama, Pulau Gosong. Lah, ini malah baru berangkat dari pelabuhan Karangsong. Yahh, mau gimana lagi, berangkat dari jakartanya aja telat. Di Karangsog sendiri sudah ada dua perahu nelayan menunggu. Rombongan kami gak muat satu perahu, karena satu perahu paling hanya untuk maksimal 15 orang. Gak begitu besar memang perahunya, sehingga kalo ombak lagi gedhe, siap siap aja basah kuyup. Hahaha. Setelah empat jam terobang ambing di laut jawa, kami sampai di Pulau Gosong. Tanpa babibu, langsung nyebur, langsung snorkelingan. Hmmm, spot pertama kurang begitu menarik. Pindah ke spot kedua yang cukup menyuguhkan pemandangan hard coral dan beberapa soft coral beserta ikan-ikannya. Alkisah, dulu Pulau Gosong ini sebenernya lebih gedhe dari pada pulau biawak yang 120 ha, tapi sekarang hanya tersisa gundukan pasir yang gak lebih luas dari lapangan bola. Semua pasirnya dikeruk untuk pembangunan sebuah refinery di Indramayu. Gak heran kalau beberapa pulau di Indonesia bisa hilang buat memperluas Singapura.
Pulau Gosong
Kami sampai di pulau biawak ketika matahari udah tenggelam di ufuk barat. Matahari sunset hanya bisa kami nikmati dari atas perahu namun cukup indah, dengan semburat jinggga nya. Di pulau biawak ini terdapat mess sebenernya untuk pengelola dan pengunjung konservasi. Namun mess ini tidak begitu terawat. Saat kami sampai pun genset rusak, sehingga bergelap gelapan lah disini :D. Ada satu sumur dengan air tawar yang bisa digunakan untuk mandi bareng. Yaa, air tawar, bukan air payau. Segarnyaaa.

Esoknya, snorkeling lagi. Kali ini disekitar pulau biawak. Gak perlu jauh-jauh, tinggal jalan dari dermaga. Tapi sayang, ombak lagi besar, visibility nya gak bagus klo buat snorkeling. Beberapa temen malah dapet oleh-oleh coretan di lengan dan betis hasil bergelut dengan ombak dan karang. Agak kesiangan emang kami nyeburnya, jam 9. Keasikan maen di atas mercusuar. Klo kata mas Andez yang sedari pagi spearfishing, jika lebih pagi dikit ombak masih tenang, visibility bisa sampe 5m lebih. Padahal underwater di pulau Biawak ini lebih bagus dari pulau gosong. ikan-ikan nya gedhe gedhe.

Oh iya, kenapa di Pulau ini dinamakan Biawak, karena memang banyak biawaknya. Bisa berjumlah ratusan ekor yang tersebar di seluruh pulau. Tapi gak usah takut, biawak-biawak yang deket dengan mess sudah sedikit jinak. Toh mereka pada dasarnya takut sama manusia. Best part dari pulau ini adalah mercusuarnya. Mercusuar dari besi ini menjulang tinggi dengan pemandangan hutan hujan tropis dikelilingi pantai berwarna hijau tosca. Dari mercusuar juga terlihat Hutan Purba di tengah-tengah pulau ini.

Jam 3an kami beranjak meninggalkan Pulau Biawak. Ombak lagi gedhe. Beberapa temen basah kuyup kecipratan air laut, termasuk gw. Dua orang KO, muntah, terlalu pusing. Lima jam menunggu harapan tiba di daratan. Sampai di indramayu sudah gak ada bis, harus ke Cirebon. Dari terminal Harjamukti dapat sisa-sisa kursi bis malam pantura. Sampe Jakarta pagi, ada yang langsung mandi di kantor, ada yang ijin sakit, ada yang abis makan siang baru ngator termasuk gw. Perjalanan yang cukup melelahkan tapi puas dan selalu menarik untuk dikenang.

Senja kala itu
Saat siang berganti malam
Pas padang bulan
Menuruni tangga mercusuar
Salah satu sudut Mercusuar
Ini dia alasan pulau ini bernama Biawak
Tia dan Squid - satu satunya yang diving di Biawak
Hutan Purba
Dermaga

Tidak ada komentar: